Piala Dunia dibalik Penjara

Posted: Sabtu, 12 Juni 2010 by piriwitbandung in
4



Banyak orang menyambut piala dunia dengan berbagai cara, seperti membeli kaos tim favorit hingga souvenir-souvenir lainya. Piala dunia 2010 yang berada di Afrika Selatan membuat semua pengemar sepak bola di dunia melirik kesana dan mungkin beberapa orang menyisihkan waktu dan uang agar bisa melihat secara langsung Piala Dunia tersebut di Afrika Selatan. Atmosfer Piala Dunia tidak hanya dirasakan orang-orang yang menghirup udara kebebasan, tapi juga bagi mereka yang mendekam di penjara.

Di Penjara Klong Prem, Bangkok, Thailand, para napi menggelar piala dunia versi mereka sendiri. Penghuni "Bangkok Hilton" ini menyebutnya dengan pentas World Cup Behind Bars. Turnamen Piala Dunia Penjara ini diikuti 16 tim yang masing-masing diperkuat tujuh orang pemain inti. Ke-16 tim ini akan bertanding juga selama satu bulan untuk memperebutkan replika Piala Dunia.

Ini merupakan kali ketiga Piala Dunia di penjara diselenggarakan. Panitia selalu menggelar kegiatan ini setiap kali Piala Dunia yang sesungguhnya digelar. Pada tahun 2002, Nigeria tampil sebagai juara. Empat tahun kemudian, giliran Jerman menjadi champion.

Meski terkungkung dalam terali besi, para penghuni penjara Klong Prem Central, Bangkok, bisa ikut meramaikan ajang empat tahunan tersebut. Mereka menyelenggarakan Piala Dunia sendiri yang terdiri dari 16 tim, yang masing-masing berjumlah tujuh pemain. Tahanan yang berasal dari 16 negara ambil bagian dalam turnamen yang diikuti sembilan tim tersebut. Sedangkan tahanan asal Thailand hanya bertindak sebagai pelengkap, bila tim-tim itu kekurangan pemain.

World Cup Behind Bars yang diselenggarakan selama sebulan sengaja digelar Kementerian Kehakiman Thailand. Kompetisi ini juga didukung Kementerian Olahraga dan Pariwisata negara tersebut dengan menyumbang dana Rp 300 juta. Tujuannya, agar para napi tidak jenuh dengan rutinitas yang setiap hari mereka jalani di dalam penjara.

Pemerintah Thailand berharap turnamen yang sudah dua kali digelar ini akan memperbaiki citra LP Klong Perm yang juga terkenal dengan nama Bangkok Hilton sebagai sindiran tentang buruknya perlakuan terhadap para narapidana.

"Dengan turnamen ini, kami ingin menunjukkan bahwa para narapidana diperlakukan secara manusiawi," kata Deputi Dirjen Departemen Pemasyarakatan Thailand, Thanis Sriyaphan. "Kami juga memperhatikan hak asasi manusia. Para narapidana diberi kesempatan untuk belajar dan meningkatkan kemampuan diri mereka dengan disiplin," tambah Sriyaphan.

Narapidana lain yang tidak ikut bertanding menjadi suporter yang baik dan sangat antusias. Sementara sekitar 70 orang penjaga terlihat santai menyaksikan pertandingan itu. Bahkan tampil pula para cheerleaders yang merupakan para narapidana transgender yang didatangkan khusus dari LP Chiang Rai di wilayah utara Thailand. Tanpa ragu, para cheerleaders ini berpose untuk para wartawan di depan logo dan berbagai bendera negara peserta Piala Dunia yang dicat di tembok penjara.


LP Afsel pun tak mau kalah

Tidak hanya di Lembaga Pemasyarakatan di Thailand saja yang mengadakan replika Piala Dunia, tetapi lembaga pemasyarakatan di Afrika Selatan juga mengadakan replika Piala Dunia.



Bagi para penjahat kelas kakap di Afrika Selatan, kesempatan menonton langsung Piala Dunia 2010 adalah mimpi yang sama jauhnya dengan amnesti dari presiden. Tapi bukan berarti semangat kompetitif Piala Dunia tak bisa mereka rasakan.

Tak tanggung-tanggung, 400 narapidana di lembaga pemasyarakatan Boksburg Correctional Centre menggelar pertandingan sepak bola terbesar di balik tembok penjara. Para napi bertanding dalam 32 tim dengan nama-nama negara peserta Piala Dunia.

Layaknya Piala Dunia sungguhan, perhelatan versi penjara ini juga diramaikan alunan suara vuvuzela, atau terompet plastik yang biasa dibawa para penonton Piala Dunia. Dan kendati berlangsung di balik tembok penjara dan tanpa hadiah piala emas, pertandingan mereka ternyata tidak kalah kompetitifnya.


AKIBAT PIALA DUNIA MENJADI BENTROK

Para napi yang berada di lembaga pemasyarakatan diatas ini memang beruntung dapat merasakan suasana Piala Dunia 2010. Akan tetapi, tidak seperti lembaga pemasyarakatan di Odi Correctional Centre, Mabopane, Afrika Selatan. Sejumlah napi muda yang dipenjara, bentrok dengan sipir karena masalah televisi. Bentrok terjadi karena keinginan para napi untuk menonton pembukaan Piala Dunia 2010 tidak tercapai.

Kekerasan ini berawal saat napi dari sel 7 kesal karena sipir tidak membawa televisi seperti yang sudah dijanjikan. Para napi pun akhirnya mogok makan pagi sampai mereka benar-benar mendapatkan televisi yang dijanjikan itu.

Selain itu, para tahanan juga membuat barikade yang dibuat dari kasur. Mereka pun mengancam akan membakar seluruh sel penjara itu. Sipir lalu marah dan mulai memukuli tahanan. Tiga tahanan harus dibawa ke rumah sakit penjara karena luka-luka.

Juru bicara penjara, mengakui sebab awal bentrok ini adalah soal televisi itu. Dia pun berjanji akan melakukan penyelidikan internal bersamaan dengan penyelidikan kepolisian. Penyelidikan ini akan mengungkap fakta mengenai perkelahian antara penjaga penjara dengan napi tersebut.


Sumber : BBC,VivaNews,liputan6.com


Refa I Adiredja

4 comments:

  1. kereeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeeen, yaah! jadi inget the longest yard!

  1. kalo di Indonesia napinya bisa nonton Piala Dunia di hotel...
    bahkan bisa ngeluarin buku visi misi 2020...
    soalnya dia pinter ngeles

  1. Anonim says:

    Adakah hal yang sama di Indonesia?

  1. menarik, euphoria piala dunia ada dimana-mana!