"Yang Ada Hanyalah Tebing, Tuhan, dan Aku"

Posted: Selasa, 08 Juni 2010 by piriwitbandung in
2


Pada titik ini hilanglah semua kesombongan serta keangkuhan kita sebagai manusia, yang tersisa dan abadi hanyalah Keagungan Tuhan (Tedi Ixdiana - Pemanjat Tebing Profesional)

Bukan main-main Tedi Ixdiana menulis kata-kata tersebut di situs Skygers.net - situs sekolah panjat tebing Indonesia. Dia mengakui bahwa selama menekuni olahraga ekstrem tersebut, selalu ada pengalaman batin yang mengendap dan menambah keyakinan spiritualnya. Tedi melukiskan pengalamannya dengan kata-kata, "Ketika seorang pemanjat menemui kesulitan yang tak terhindarkan, maka ketika itu hanya ada tebing, Tuhan, dan aku,” tulisnya.

Baginya, panjat tebing adalah suatu petualangan yang sangat menarik. "Tebing itu bisa ada dimana-mana, di tengah hutan, di pinggir laut, di tengah kota, di puncak gunung, di lembah, dll." Disamping itu, dia mengatakan panjat tebing memberikan suatu pemahaman, bahwa dalam melakukan sesuatu itu harus tahu dulu prodsedurnya. "Kadang-kadang, orang hanya besar keberaniannya dulu kalau ingin panjat tebing. Padahal sebelum itu harus tahu bagaimana prosedur panjat tebing dan sistem keamanannya," ucap laki-laki yang menjadi instruktur panjat tebing se-Asia Tenggara tersebut menerangkan.

Secara resmi, panjat tebing mulai masuk ke Indonesia pada tahun 1988. Menpora dan Kedutaan Besar Perancis mengundang empat atlet panjat tebing Perancis untuk mempopulerkan olahraga yang terbilang masih baru saat itu. Walaupun sebenarnya, pada tahun 1976 Harry Suliztiarto bersama teman-temannya sudah mendirikan Skygers Amateur Rock Climbing Group sebagai wadah pecinta panjat tebing alam. Skygers sendiri masih aktif sampai sekarang dan menjadi sekolah panjat tebing alam (rock climbing).

Panjat tebing sendiri terbagi dua, yaitu panjat tebing buatan (wall climbing) dan panjat tebing alam (rock climbing). Wall climbing memakai media tebing buatan dan biasanya sudah terdapat "patok-patok" yang digunakan sebagai pijakan para pemanjat, sedangkan rock climbing menggunakan tebing yang berada di alam sebagai tempat pemanjatan. Konon, panjat tebing ini sudah dilakukan oleh Panglima Kerajaan Carthage, Hanibal, di pegunungan Alpen ratusan tahun sebelum Masehi.


Menurut Tedi, sebenarnya yang resmi menjadi olahraga itu wall climbing, sedangkan rock climbing lebih ke petualangan. Walaupun begitu, dia sendiri pernah aktif sebagai atlet wall climbing sejak tahun 1989 dan terakhir mewakili Indonesia pada sebuah kompetisi di Cina tahun 2005. Namun, secara pribadi dia lebih menyenangi rock climbing dibanding wall climbing. "Perasaan saya mengatakan kalau saya lebih cocok di rock climbing, bukan di wall climbing," kata pria yang mulai tertarik pada panjat tebing sejak SMA itu.

Untuk tempat sendiri, biasanya Tedi memilih tempat di Citatah, Padalarang, Kabupaten Bandung Barat. Selain itu, bisa juga di Gunung Parang, Plered, Purwakarta. Namun, dia mengungkapkan, para pemanjat suka melakukan ekspedisi ke luar Jawa Barat untuk menemukan tebing-tebing baru. “Karena essensi rock climbing sendiri lebih bersifat petualangan,” akunya.

Tedi sendiri melanglang buana mengelilingi Indonesia untuk mencari tebing-tebing baru, bahkan hingga ke luar negeri. "Saya bersama teman-teman sering melakukan ekspedisi untuk membuka jalur pemanjatan baru. Kami pernah ke Gunung Kelud di Jawa Timur, Air Terjun Sigura Gura di Sumatera Utara, Lok Nga di Aceh, Gunung Krakatau di Selat Sunda, dan masih banyak lagi," katanya. "Dalam waktu dekat, kami berencana melakukan ekspedisi ke Vietnam. Masih banyak tebing yang belum ada jalur pemanjatannya disana," ujar pria yang pernah menjadi instruktur panjat tebing bagi Kopassus itu.



Foto Tedi Ixdiana saat memanjat tebing (dok.pribadi)


Panjat tebing memang tergolong olahraga ekstrem. Bayangkan saja, seorang pemanjat harus siap menghadapi medan yang curam, terjal, ketinggian mencapai titik ekstrem, atau kemiringan yang hampir 90 derajat. Masalah mental dan fisik yang harus menjadi perhatian utama. Hal itu diungkapkan oleh Naufal Mujahid, seorang pemanjat tebing pemula. "Panjat tebing itu lebih capek dibandingkan sprint. Jadi, fisik pemanjat tebing haruslah prima. Sering-sering pull up, jogging, dan melatih kekuatan kaki dan tangan. Selain itu, masalah mental juga harus siap. Jangan sampai ceroboh ketika memanjat," katanya. "Saya sendiri orangnya takut ketinggian pada awalnya, dan saya berusaha melawannya dengan ikut olahraga ini," ujar pria yang masih berstatus mahasiswa di salah satu universitas negeri di Bandung ini.


Katak -panggilan akrab Naufal- mengungkapkan, selain masalah fisik dan mental, masalah peralatan juga menjadi salah satu kendala olahraga ini, karena biayanya cukup mahal. "Untuk satu carbiner saja, yang paling murah itu 45 ribu Rupiah. Memang rata-rata peralatan panjat tebing itu diatas 2 juta Rupiah," ujarnya.

Namun, hal tersebut ditampik oleh Tedi. Menurutnya, masalah peralatan bisa teratasi jika seorang pemanjat tergabung dalam tim panjat tebing, sepertiSkygers misalnya. "Biasanya dalam tim tersebut sudah ada alat-alat yang cukup lengkap, tapi kalau untuk grup-grup kecil atau perorangan, biasanya peralatan ini menjadi masalah tersendiri," ujarnya. Tedi sendiri tergabung dalam tim Skygers dan sampai saat ini menjadi anggota Vertical Rescue FPTI (Federasi Panjat Tebing Indonesia).

Bagi orang-orang yang ingin menekuni olahraga ekstrem ini, Naufal menyarankan untuk mencoba dahulu bourdering. Menurutnya, hal itu unutk melatih kelenturan jari-jari tangan. "Untuk orang yang masih baru, tangan pasti merasa pegal-pegal atau kapalan. Selain itu, harus didampingi oleh orang yang sudah berpengalaman." katanya. Hal senada dikatakan Tedi. "Jika ada orang baru yang tertarik dengan olahraga ini, saya sarankan harus didampingi oleh orang yang profesional. Bisa dari Wanadri, Skygers, Eiger, atau tim-tim lainnya." katanya.



Video Tedi Ixdiana saat membuka jalur pemanjatan bersama tim expedition Metro TV


Iman Purnama

2 comments:

  1. Unknown says:

    keep spirit.!!
    tebing, TUHAN & aku
    \(^o^)

  1. Anonim says:

    Nice info.... tpi kl msalah harga peralatan yg mahaL, sy rasa bukan harga yg trlalu berat untuk hal trpenting yg disebut SAFETY....

    Yg pasti, keep cLimbing :)